Yogyakarta!!! Ya, tentunya kia tidak asing lagi dengan Yogyakarta. Apa sih yang khas dari Yogyakarta?? salah satunya adalah tari tradisionalnya. Berikut ini adalah tari tradisiona dari Yogyakarta
1.Tari Golek Ayun-ayun
Tari Golek Ayun-ayun yang merupakan salah
satu tarian tradisional Yogyakarta yang diciptakan oleh (Alm) KRT Sasmita
Dipura (Romo Sas).
Tarian ini ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan dan biasanya
dibawakan oleh dua orang penari. Gerakannya sangat lembut dan penuh makna.
seolah sang penari sedang bersolek. Gerakan yang lain juga memperlihatkan
seolah ia tengah menyulam.
Penari golek ayun-ayun mengenakan balutan baju beludru hitam serasi
dipadankan dengan bawahan kain batik putih. Mahkota merak bersayap merah muda
tambah mempercantik penampilan sang penari Tarian ini dapat disaksikan setiap
hari Minggu di Pendapa (Bangsal) Sri Manganti, Keraton Jogjakarta dari pukul
10.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB. Biasanya ada tiga jenis tarian yang
ditampilkan. Tari Golek Ayun-ayun, Beksan Srikandi Suradewati dan Sendratari
Arjuna Wiwaha.
2.Tari Beksan Srikandi Suradewati
Tari Beksan Srikandi Suradewati adalah tari tradisional Yogyakarta yang
menceritakan tentang peperangan Dewi Suradewati dengan Dewi Srikandhi
yang diambil dari serat Mahabaratha.
Suradewati adalah adik Prabhu Dasalengkara yang ingin menjadikan Dewi
Siti Sendari sebagai istrinya, maka Suradewati diutus oleh kakaknya
untuk melamarkan Dewi Siti Sendari untuknya. Pada kenyataannya Dewi Siti
Sendari telah dijodohkan dengan Raden Abimanyu.
Melihat kenyataan seperti ini, Suradewati tetap memaksa menyunting Dewi
Siti Sendari, maka terjadilah perseteruan antara Suradewati melawan Dewi
Srikandhi, yang membela Raden Abimanyu.
Dalam peperangan, ternyata Dewi Srikandhi lebih unggul dan berakhir
dengan kemenangannya.
3.Tari Arjuna Wiwaha
Tarian ArjunaWiwaha adalah salah satu tarian tradisional yang
dipentaskan di Keraton Yogyakarta. Tari Arjuna Wiwaha menceritakan
ketika Arjuna yang bertapa di Indrakila mengalami berbagai macam godaan.
Salah satu godaannya adalah ketika Ia diuji oleh para Dewa dengan
mengirim tujuh orang bidadari yang diperintahkan untuk menggoda Arjuna
agar gagal dalam pertapaannya.
Namun karena keteguhan hatinya, para bidadari tidak berhasil menggoda
Arjuna, maka Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang Brahmana tua.
Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan
pergi.
Lalu setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna
memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang
datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah Batara Siwa.
Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca seorang
raksasa yang mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan
diberi anugerah oleh para Dewa dengan diperbolehkan mengawini tujuh
bidadari ini.
4.Tari Langen Mandra Wanara
Langen Mandra Wanara adalah salah satu bentuk drama tari Jawa yang mempergunakan materi
tari tradisi
klasik gaya Yogyakarta. Drama tari yang menggambarkan banyak wanara
(kera) dan berfungsi sebagai hiburan ini merupakan perkembangan dari
drama tari yang telah ada, yaitu Langendriya yang bersumber dari Serat
Damarwulan. Keduanya, baik Langendriya maupun Langen Mandra Wanara,
disajikan dalam bentuk tari dengan posisi jengkeng atau jongkok1)
disertai dengan dialog yang berupa tembang macapat. Bedanya, yang
sekaligus merupakan perkembangannya, adalah lakon yang dibawakan. Jika
lokan yang dibawakan dalam tari drama Langendriya bersumber dari
ceritera yang lain, maka Langen Mandra Wanara bersumber dari cerita
Ramayana, seperti: Subali Lena, Senggana Duta, Rahwana Gugur, dan lain
sebagainya.
Untuk dapat mementaskan Langen Mandra Wanara dibutuhkan sekitar 45 orang
yang terdiri dari 30 orang pemain, 13 orang penabuh gamelan, satu orang
waranggana, dan satu orang dalang. Fungsi dalang adalah sebagai
pengatur laku dan membantu para aktor dalam penyampaian cerita dengan
melakukan suluk (monolog). Kostum dan make up yang dipakai selama
pertunjukan mengikuti patron wayang kulit.
5.Tari Golek Menak
Tari Golek Menak, merupakan jenis tarian klasik, gaya Keraton
Yogyakarta. Tari Golek Menak, mengandung arti menarikan Wayang Golek
Menak. Wayang Golek Menak, merupakan jenis wayang yang dibuat dari bahan
kayu, yang memakai busana, layaknya manusia. Jenis wayang ini
berkembang di Jawa Tengah Bagian Barat dan Jawa Barat. Tarian ini
diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, insipiasi penciptaan
diperoleh setelah Sri Sultan Hamengku Buwono IX melihat pentas Wayang
Golek Menak di daerah eks-Karesidenan Kedu, Jawa Tengah bagian Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar