Total Tayangan Halaman

Selasa, 08 November 2016

Tari Tradisional Yogyakarta

Yogyakarta!!! Ya, tentunya kia tidak asing lagi dengan Yogyakarta. Apa sih yang khas dari Yogyakarta?? salah satunya adalah tari tradisionalnya. Berikut ini adalah tari tradisiona dari Yogyakarta


1.Tari Golek Ayun-ayun





   Tari Golek Ayun-ayun yang merupakan salah satu tarian tradisional Yogyakarta yang diciptakan oleh (Alm) KRT Sasmita Dipura (Romo Sas). 
    Tarian ini ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan dan biasanya dibawakan oleh dua orang penari. Gerakannya sangat lembut dan penuh makna. seolah sang penari sedang bersolek. Gerakan yang lain juga memperlihatkan seolah ia tengah menyulam. 
    Penari golek ayun-ayun mengenakan balutan baju beludru hitam serasi dipadankan dengan bawahan kain batik putih. Mahkota merak bersayap merah muda tambah mempercantik penampilan sang penari Tarian ini dapat disaksikan setiap hari Minggu di Pendapa (Bangsal) Sri Manganti, Keraton Jogjakarta dari pukul 10.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB. Biasanya ada tiga jenis tarian yang ditampilkan. Tari Golek Ayun-ayun, Beksan Srikandi Suradewati dan Sendratari Arjuna Wiwaha.

 
2.Tari Beksan Srikandi Suradewati


  Tari Beksan Srikandi Suradewati adalah tari tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang peperangan Dewi Suradewati dengan Dewi Srikandhi yang diambil dari serat Mahabaratha.
  Suradewati adalah adik Prabhu Dasalengkara yang ingin menjadikan Dewi Siti Sendari sebagai istrinya, maka Suradewati diutus oleh kakaknya untuk melamarkan Dewi Siti Sendari untuknya. Pada kenyataannya Dewi Siti Sendari telah dijodohkan dengan Raden Abimanyu. Melihat kenyataan seperti ini, Suradewati tetap memaksa menyunting Dewi Siti Sendari, maka terjadilah perseteruan antara Suradewati melawan Dewi Srikandhi, yang membela Raden Abimanyu. Dalam peperangan, ternyata Dewi Srikandhi lebih unggul dan berakhir dengan kemenangannya.


 3.Tari Arjuna Wiwaha 

    Tarian ArjunaWiwaha adalah salah satu tarian tradisional yang dipentaskan di Keraton Yogyakarta. Tari Arjuna Wiwaha menceritakan ketika Arjuna yang bertapa di Indrakila mengalami berbagai macam godaan.
    Salah satu godaannya adalah ketika Ia diuji oleh para Dewa dengan mengirim tujuh orang bidadari yang diperintahkan untuk menggoda Arjuna agar gagal dalam pertapaannya. Namun karena keteguhan hatinya, para bidadari tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang Brahmana tua. Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi.
    Lalu setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah Batara Siwa.
    Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca seorang raksasa yang mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah oleh para Dewa dengan diperbolehkan mengawini tujuh bidadari ini.


4.Tari Langen Mandra Wanara 

  Langen Mandra Wanara adalah salah satu bentuk drama tari Jawa yang mempergunakan materi tari tradisi klasik gaya Yogyakarta. Drama tari yang menggambarkan banyak wanara (kera) dan berfungsi sebagai hiburan ini merupakan perkembangan dari drama tari yang telah ada, yaitu Langendriya yang bersumber dari Serat Damarwulan. Keduanya, baik Langendriya maupun Langen Mandra Wanara, disajikan dalam bentuk tari dengan posisi jengkeng atau jongkok1) disertai dengan dialog yang berupa tembang macapat. Bedanya, yang sekaligus merupakan perkembangannya, adalah lakon yang dibawakan. Jika lokan yang dibawakan dalam tari drama Langendriya bersumber dari ceritera yang lain, maka Langen Mandra Wanara bersumber dari cerita Ramayana, seperti: Subali Lena, Senggana Duta, Rahwana Gugur, dan lain sebagainya.
   Untuk dapat mementaskan Langen Mandra Wanara dibutuhkan sekitar 45 orang yang terdiri dari 30 orang pemain, 13 orang penabuh gamelan, satu orang waranggana, dan satu orang dalang. Fungsi dalang adalah sebagai pengatur laku dan membantu para aktor dalam penyampaian cerita dengan melakukan suluk (monolog). Kostum dan make up yang dipakai selama pertunjukan mengikuti patron wayang kulit.


  5.Tari Golek Menak


   Tari Golek Menak, merupakan jenis tarian klasik, gaya Keraton Yogyakarta. Tari Golek Menak, mengandung arti menarikan Wayang Golek Menak. Wayang Golek Menak, merupakan jenis wayang yang dibuat dari bahan kayu, yang memakai busana, layaknya manusia. Jenis wayang ini berkembang di Jawa Tengah Bagian Barat dan Jawa Barat. Tarian ini diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, insipiasi penciptaan diperoleh setelah Sri Sultan Hamengku Buwono IX melihat pentas Wayang Golek Menak di daerah eks-Karesidenan Kedu, Jawa Tengah bagian Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar